Ada 17 Orang Misionaris AS yang Hilang Di Haiti, FBI Diturun Tangan Untuk Membantu Pecarian

Haiti - Warga Haiti pada Senin melakukan unjuk rasa di seluruh negeri memprotes meningkatnya kasus penculikan, beberapa hari setelah penculikan belasan misionaris yang mendorong FBI turun tangan. Kasus penculikan ini juga memicu kekhawatiran internasional terkait kekerasan geng di tengah krisis yang melanda negara Karibia tersebut.

Organisasi yang berbasis di Ohio, Christian Aid Ministries pada Minggu menyampaikan, para misionarisnya, 16 orang Amerika dan seorang warga negara Kanada, berada di Haiti untuk mengunjungi panti asuhan ketika mereka diculik di dekat ibu kota Port-au-Prince. Pakar keamanan mencurigai penculikan dilakukan geng yang dikenal sebagai 400 Mawozo.

Pihak berwenang Haiti masih bungkam soal insiden ini, dan keberadaan para misionaris, yang termasuk perempuan dan anak-anak, belum diketahui.

Dilansir Reuters, Selasa (19/10), juru bicara Gedung Putih menyampaikan pada Senin, FBI bekerja sama dengan tim diplomatik AS di Haiti dalam upaya mencari dan membebaskan para misionaris.

Dalam sebuah pernyataan, FBI mengomfirmasi pihaknya turun tangan dalam insiden ini.

"FBI adalah bagian upaya terkoordinasi pemerintah AS untuk menemukan warga Amerika tersebut," jelasnya, menolak memberi penjelasan lebih jauh.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price menyampaikan pada Senin, AS mengerahkan tim kecil ke Haiti untuk membantu upaya pencarian dan pembebasan para korban penculikan.

Toko-toko dan sekolah di Port-au-Prince ditutup pada Senin sebagai bagian protes yang pertama kali diserukan para pemimpin industri transportasi-- yang para pekerjanya kerap menjadi target penculikan geng bersenjata.

Sektor usaha swasta menyampaikan, mereka ikut unjuk rasa untuk memprotes penculikan yang kerap terjadi dan menyinggung ketidakmampuan pemerintah mengatasi masalah tersebut.

"Protes ini adalah cara kami mengatakan bahwa kami tidak bisa menanggungnya lagi," jelas pengusaha panel surya Haiti, Diego Toussaint (37 ).

"Kami hidup dalam ketakutan," lanjutnya.

Toussaint mengeluh penjualannya merosot di tengah ancaman penculikan yang mengancam para pekerja dan pengusaha.

"Kami tidak bisa bergantung ke negara, sebagai pencipta lapangan kerja kami bertanggung jawab atas keamanan kami sendiri," ujarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Mencegah Varian Omicron Masuk Ke Kalbar, Pintu Masuk Perbatasan Dari Malaysia Diperketat

Ungkapan Pemandu Wisata Terkait Pembukaan Untuk Turis Asing ke Bali

Para Penjahat Dunia Melancarkan Aksi Malware dan Phising Dalam Situs Film Bajakan Spiderman Terbaru